Jakarta: Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengaku sedang mengkaji peluang insentif industri otomotif pada tahun depan. Mengingat betapa pentingnya sektor industri otomotif bagi perekonomian negara.
“Sekarang sedang kami susun. Sektor otomotif itu menurut saya sebuah keharusan, karena merupakan sebuah sektor yang terlalu penting,” kata Agus dikutip dari Antara.
Menurutnya, strategi yang dijalankan saat ini adalah tinjauan terhadap keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkage) dari tiap kegiatan manufaktur. Dari hasil tinjauan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat keterkaitan yang paling besar terletak di sektor otomotif.
“Jadi, pemerintah itu memang sudah seharusnya menyiapkan insentif untuk sektor otomotif untuk tahun 2026,” katanya pula.
Namun ia enggan merinci jenis maupun bentuk insentifnya, mengingat proses saat ini masih dalam tahap kajian. “Jangan tanya jenisnya, jangan tanya bentuknya. Sedang kami susun,” ujar dia.
Sebelumnya, ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Riyanto, menyatakan pemerintah perlu menerapkan insentif untuk kendaraan berbasis listrik seperti battery electric vehicle (BEV) maupun hybrid EV (HEV) dengan prinsip yang setara.
“Segmen ini perlu diberikan kebijakan yang lebih fair dengan basis reduksi emisi dan TKDN. Insentif untuk HEV saat ini belum fair,” kata Riyanto dalam pernyataan, di Jakarta, Senin (24/11).
Saat ini insentif yang diberikan untuk BEV, yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen dengan tujuan untuk tes pasar, namun yang menikmati insentif itu kebanyakan kendaraan listrik impor.
Sedangkan kendaraan hybrid yang diproduksi di dalam negeri hanya mendapat insentif serupa 3 persen.
Menurut dia, dorongan terhadap insentif kendaraan hybrid juga menjadi relevan, karena semakin banyak produsen yang telah merakit model hybrid secara domestik dengan TKDN yang cukup tinggi.
Komentar